Perbedaan antara UMKM dan Startup
Bagi kalian yang masih sangat asing dengan kata UMKM dan Startup Sebelum kita memahami perbedaan keduanya mari kita ketahui terlebih dahulu apa itu UMKM dan Startup.
Apa itu UMKM ?
UMKM, atau Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, menjadi pancaran semangat kewirausahaan di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Di balik singkatannya yang sederhana, tersimpan keberagaman usaha yang menjadikan UMKM sebagai kisah inspiratif dan berkembang pesat.
Jadi, mari kita melihat lebih dekat tentang UMKM yang tidak hanya berbicara tentang bisnis kecil, tapi juga tentang kebermaknaan dan perubahan di tingkat lokal.
UMKM terbagi menjadi tiga jenis utama, yaitu Mikro, Kecil, dan Menengah.
- Usaha Mikro adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih maksimal Rp. 50 juta atau omset maksimal Rp. 300 juta per tahun. Contoh usaha mikro adalah warung makan, salon kecantikan, atau toko kelontong.
- Usaha Kecil adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih antara Rp. 50 juta sampai Rp. 500 juta atau omset antara Rp. 300 juta sampai Rp. 2,5 miliar per tahun. Contoh usaha kecil adalah bengkel motor, konveksi pakaian, atau percetakan.
- Usaha Menengah adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih antara Rp. 500 juta sampai Rp. 10 miliar atau omset antara Rp. 2,5 miliar sampai Rp. 50 miliar per tahun. Contoh usaha menengah adalah pabrik roti, distributor barang, atau hotel.
Setiap kategori ini memiliki batasan tertentu, dari kekayaan bersih hingga omset per tahun.
Warung makan, bengkel motor, pabrik roti—semua termasuk dalam dunia UMKM yang mewarnai peta bisnis Indonesia. Namun, apa yang membuat UMKM begitu unik?
Selain ukurannya yang lebih kecil dibandingkan dengan raksasa industri, UMKM mempunyai karakteristik khasnya. Dari lokasi usaha yang sering berpindah hingga sistem pembukuan yang sederhana, semuanya menjadi ciri khas yang menandai keberanian dan kekreatifan dalam menjalankan bisnis.
Namun, tantangan tak terhindarkan bagi UMKM. Modal terbatas, sumber daya manusia yang mungkin kurang terampil, hingga legalitas yang belum sepenuhnya terpenuhi. Namun, hal ini bukanlah hambatan, melainkan pijakan untuk melangkah lebih jauh dan menjadi pionir dalam inovasi.
Keberadaan UMKM di Indonesia bukan sekadar soal bisnis kecil, tapi juga soal memberdayakan masyarakat. Dalam peran pentingnya bagi perekonomian Indonesia, UMKM menjadi sumber lapangan kerja, penyedia barang dan jasa, serta katalisator bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Mengapa UMKM sangat penting? Selain memberikan kontribusi nyata terhadap perekonomian, UMKM juga menjadi inkubator bagi jiwa kewirausahaan dan kemandirian masyarakat. Ini bukan hanya tentang membuat bisnis, tapi juga menggairahkan inovasi dan kreativitas di setiap lapisan masyarakat.
Sejatinya, UMKM adalah penjaga keseimbangan dan kestabilan perekonomian nasional. Dengan terus mendukung dan memberdayakan UMKM, kita bukan hanya merawat warisan lokal, tapi juga merancang masa depan yang lebih berdaya dan inklusif untuk negeri ini. Jadi, mari bersama-sama apresiasi dan dukung UMKM Indonesia, karena di balik setiap langkah kecil, terkandung potensi besar untuk menciptakan perubahan yang luar biasa.
Lalu, Apa itu Startup ?
Startup itu hampir sama dengan UMKM tetapi tidak sepenuhnya sama. Startup juga merupakan bisnis yang baru mulai dan masih berkembang dan disebut sebagai Rintisan.
- Startup lebih berfokus pada bidang teknologi dan informasi, sedangkan UMKM lebih berfokus pada produk atau jasa yang konvensional.
- Startup memiliki potensi pertumbuhan yang sangat cepat dan dapat mencapai skala global, sedangkan UMKM memiliki pertumbuhan yang lebih stabil dan terbatas pada skala lokal atau nasional.
- Startup lebih inovatif dan disruptif, yaitu mampu menciptakan produk atau jasa yang baru dan berbeda dari yang sudah ada, serta dapat mengubah atau menggantikan industri yang sudah ada. Sedangkan UMKM lebih mengikuti atau menyesuaikan diri dengan pasar yang sudah ada.
- Startup lebih bergantung pada investor untuk mendapatkan modal, sedangkan UMKM lebih bergantung pada pinjaman atau modal sendiri.
- Startup lebih fleksibel dan dinamis dalam mengelola bisnis, sedangkan UMKM lebih kaku dan tradisional.
Anda mungkin sering mendengar tentang startup yang sukses, seperti Grab, Shopee, atau Gojek. Anda mungkin berpikir bahwa mereka hanya beruntung atau memiliki ide yang brilian. Namun, sebenarnya ada lebih banyak hal yang terlibat dalam menciptakan startup yang berhasil. Ada empat keterampilan utama yang harus dimiliki oleh seorang pendiri startup, yaitu: melihat, mendengar, berbicara, dan beraksi.
- Melihat: Seorang pendiri startup harus bisa melihat masalah yang ada di sekitarnya dan mencari solusi yang inovatif dan efektif. Misalnya, Grab melihat bahwa transportasi umum di Asia Tenggara kurang nyaman dan aman, sehingga mereka menciptakan platform yang memungkinkan orang memesan kendaraan pribadi kapan saja dan di mana saja. Shopee melihat bahwa belanja online masih memiliki banyak tantangan, seperti biaya pengiriman, kualitas produk, dan kepercayaan, sehingga mereka menciptakan platform yang menawarkan gratis ongkir, jaminan uang kembali, dan sistem rating dan ulasan.
- Mendengar: Seorang pendiri startup harus bisa mendengar masukan dan saran dari pelanggan, mitra, investor, dan timnya. Mereka harus bersedia untuk belajar dari kesalahan dan melakukan perbaikan. Misalnya, Gojek mendengar bahwa pelanggan mereka tidak hanya membutuhkan layanan transportasi, tetapi juga layanan lain seperti pesan antar makanan, pembayaran digital, dan perawatan kesehatan, sehingga mereka mengembangkan berbagai fitur dan layanan baru yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan mereka.
- Berbicara: Seorang pendiri startup harus bisa berbicara dengan jelas dan meyakinkan tentang visi dan misi startupnya. Mereka harus bisa menjelaskan apa yang mereka tawarkan, mengapa itu penting, dan bagaimana itu berbeda dari kompetitor. Mereka harus bisa menarik minat dan kepercayaan dari pelanggan, mitra, investor, dan timnya. Misalnya, Tokopedia berbicara tentang bagaimana mereka ingin membantu usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia untuk berkembang dan bersaing di era digital, sehingga mereka mendapatkan dukungan dari banyak pihak, termasuk pemerintah, media, dan masyarakat.
- Beraksi: Seorang pendiri startup harus bisa beraksi dengan cepat dan tanggap terhadap perubahan dan peluang. Mereka harus bisa menguji dan mengimplementasikan ide-ide mereka dengan cara yang efisien dan efektif. Mereka harus bisa mengatasi tantangan dan hambatan yang mungkin muncul di sepanjang jalan. Misalnya, Bukalapak beraksi dengan mengadopsi teknologi terbaru, seperti kecerdasan buatan, blockchain, dan cloud computing, untuk meningkatkan kinerja dan pengalaman pengguna mereka. Mereka juga beraksi dengan berkolaborasi dengan berbagai pihak, seperti bank, perusahaan logistik, dan komunitas lokal, untuk memperluas jangkauan dan dampak mereka.
Dengan memiliki empat keterampilan ini, seorang pendiri startup dapat meningkatkan peluangnya untuk menciptakan startup yang berhasil. Startup bukanlah sesuatu yang mudah dibuat, tetapi juga bukanlah sesuatu yang mustahil dicapai. Dengan melihat, mendengar, berbicara, dan beraksi, Anda dapat mewujudkan impian Anda menjadi kenyataan.
Perbedaan UMKM dan Startup: Mindset sebagai Kunci
UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) dan startup adalah dua jenis usaha yang sering kita dengar di era digital saat ini. Keduanya memiliki peran penting dalam perekonomian dan pembangunan Indonesia. Namun, apakah Anda tahu apa perbedaan mendasar antara UMKM dan startup? Apa yang membuat startup bisa tumbuh dengan cepat dan mendisrupsi industri, sementara UMKM cenderung berjalan dengan lambat dan konvensional?
Salah satu faktor yang membedakan UMKM dan startup adalah mindset atau pola pikir yang dimiliki oleh pelaku usaha. Mindset adalah cara berpikir, merasakan, dan bertindak yang mempengaruhi hasil yang kita capai. Mindset dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu fixed mindset dan growth mindset1.
Fixed mindset adalah pola pikir yang percaya bahwa kemampuan dan bakat adalah sesuatu yang tetap dan tidak bisa berubah. Orang dengan fixed mindset cenderung menghindari tantangan, menyerah mudah, mengabaikan kritik, dan merasa terancam oleh kesuksesan orang lain. Mereka juga cenderung puas dengan apa yang sudah ada dan tidak berani mengambil risiko.
Growth mindset adalah pola pikir yang percaya bahwa kemampuan dan bakat adalah sesuatu yang bisa berkembang dan ditingkatkan melalui usaha, belajar, dan feedback. Orang dengan growth mindset cenderung menyukai tantangan, gigih menghadapi kesulitan, menerima kritik, dan terinspirasi oleh kesuksesan orang lain. Mereka juga cenderung ingin terus belajar dan mencoba hal-hal baru.
UMKM dan startup memiliki mindset yang berbeda. UMKM cenderung memiliki fixed mindset, sementara startup cenderung memiliki growth mindset. Hal ini terlihat dari beberapa aspek, seperti ide, visi, jangkauan, inovasi, dan pendanaan. Berikut adalah penjelasan lebih lengkapnya:
Ide
Ide adalah hal yang mendasari pendirian suatu usaha. Ide dapat berasal dari berbagai sumber, seperti pengalaman, observasi, atau inspirasi. Ide juga dapat berbeda dalam hal orisinalitas, kreativitas, dan relevansi.
UMKM biasanya didirikan berdasarkan ide yang sudah ada sebelumnya, seperti menjual produk atau jasa yang sudah umum di pasaran. UMKM tidak terlalu memperhatikan aspek inovasi atau diferensiasi dari usaha mereka. Mereka hanya fokus pada cara mencari keuntungan dengan menjual barang atau jasa yang diminati oleh konsumen.
Startup biasanya didirikan berdasarkan ide yang baru dan segar, yang belum pernah ada sebelumnya, atau yang bisa menyelesaikan masalah yang ada di masyarakat. Startup sangat memperhatikan aspek inovasi atau diferensiasi dari usaha mereka. Mereka ingin menciptakan nilai tambah bagi konsumen dengan menawarkan solusi yang unik, efektif, dan efisien.
Visi
Visi adalah gambaran tentang apa yang ingin dicapai oleh suatu usaha di masa depan. Visi dapat berbeda dalam hal ukuran, jangka waktu, dan dampak.
UMKM biasanya memiliki visi yang kecil dan jangka pendek, yaitu untuk mempertahankan usaha mereka agar tetap berjalan dan menghasilkan keuntungan. UMKM tidak terlalu memikirkan bagaimana usaha mereka bisa berkembang dan berdampak bagi lingkungan sekitar. Mereka hanya ingin memenuhi kebutuhan hidup mereka dan keluarga mereka.
Startup biasanya memiliki visi yang besar dan jangka panjang, yaitu untuk mengembangkan usaha mereka agar bisa tumbuh dan mendisrupsi industri. Startup sangat memikirkan bagaimana usaha mereka bisa berkembang dan berdampak bagi masyarakat luas. Mereka ingin menciptakan perubahan positif di dunia dengan usaha mereka.
Jangkauan
Jangkauan adalah seberapa luas usaha bisa menjangkau konsumen atau pasar. Jangkauan dapat berbeda dalam hal skala, lokasi, dan segmentasi.
UMKM biasanya memiliki jangkauan yang terbatas, yaitu hanya menjangkau konsumen atau pasar di sekitar lokasi usaha mereka. UMKM tidak terlalu memperluas jangkauan mereka ke luar daerah atau negara. Mereka hanya mengandalkan konsumen yang sudah loyal atau yang datang secara langsung ke tempat usaha mereka.
Startup biasanya memiliki jangkauan yang luas, yaitu bisa menjangkau konsumen atau pasar di berbagai daerah atau negara. Startup sangat memperluas jangkauan mereka dengan menggunakan teknologi digital, seperti internet, media sosial, atau aplikasi. Mereka bisa menggaet konsumen yang beragam dan berasal dari berbagai latar belakang.
Inovasi
Inovasi adalah proses menciptakan atau memperbaiki sesuatu yang baru, baik itu produk, jasa, proses, atau model bisnis. Inovasi dapat berbeda dalam hal frekuensi, intensitas, dan kualitas.
UMKM biasanya jarang melakukan inovasi, atau hanya melakukan inovasi yang kecil dan tidak signifikan. UMKM tidak terlalu peduli dengan perkembangan teknologi atau tren pasar. Mereka hanya mengikuti apa yang sudah ada atau yang sudah dilakukan oleh pesaing mereka.
Startup biasanya sering melakukan inovasi, atau melakukan inovasi yang besar dan signifikan. Startup sangat peduli dengan perkembangan teknologi atau tren pasar. Mereka selalu mencari cara untuk meningkatkan produk, jasa, proses, atau model bisnis mereka agar lebih baik dari pesaing mereka.
Pendanaan
Pendanaan adalah sumber dana yang digunakan untuk membiayai usaha. Pendanaan dapat berbeda dalam hal jumlah, sumber, dan tujuan.
UMKM biasanya memiliki pendanaan yang sedikit dan berasal dari sumber internal, seperti tabungan, pinjaman keluarga, atau kredit usaha. UMKM tidak terlalu mencari pendanaan dari sumber eksternal, seperti investor, bank, atau pemerintah. Mereka hanya menggunakan pendanaan untuk modal usaha atau operasional usaha.
Startup biasanya memiliki pendanaan yang banyak dan berasal dari sumber eksternal, seperti investor, bank, atau pemerintah. Startup sangat mencari pendanaan dari sumber eksternal, karena mereka membutuhkan dana yang besar untuk mengembangkan usaha mereka. Mereka menggunakan pendanaan untuk riset, pengembangan, pemasaran, atau ekspansi usaha.
Dari penjelasan di atas, kita bisa melihat bahwa UMKM dan startup memiliki mindset yang berbeda. UMKM cenderung memiliki fixed mindset, sementara startup cenderung memiliki growth mindset. Hal ini mempengaruhi bagaimana mereka menjalankan usaha mereka, baik dalam hal ide, visi, jangkauan, inovasi, maupun pendanaan.
Namun, bukan berarti UMKM tidak bisa menjadi startup, atau startup tidak bisa belajar dari UMKM. Keduanya bisa saling belajar dan berkolaborasi untuk mencapai kesuksesan bersama. Yang penting adalah memiliki mindset yang positif, terbuka, dan adaptif terhadap perubahan dan peluang yang ada di era digital saat ini.